Selasa, 22 November 2016

DENGAN STIKER SISWA SISWI SMP N 2 SULANG MENGKAMPAYEKAN ANTI ROKOK DAN NARKOBA





Masa remaja adalah masa peralihan, masa pencarian jari diri, masa yang rentan dengan masuknya hal-hal negatif  seperti rokok dan narkoba. Dari berbagia pengertian remaja diatas maka kita dapat melihat misalnya bagaimana pasar rokok belakangan ini adalah sasaranya anak muda dengan iklan-iklan yang super mengoda sebagaimana alkohol dan narkoba sasarannya juga anak muda karena mereka mudah untuk ditaklukkan. Produk-produk pakaian dan kecantikan, dan teknologi komunikasi juga memilih indiom-indiom anak muda, mesiki rekatif meraka belum memiliki penghasilan akan tetapi meraka bisa memaksa orang tuanya untuk membelanjakan uangnya. termasuk hendonisme syahwat birahi.
Dari data hasil survey di Indonesia --seperti Riskesdas, GYTS dan GATS[1]-- menunjukkan pengaruh konsumsi rokok bagi kesehatan masyarakat. Menurut GATS 2011, prevalensi laki-laki merokok sebesar 67 persen dan wanita 2.7 persen. Lebih lanjut data Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi laki-laki perokok sebesar 65.6 persen (tertinggi di Sulawesi Tenggara 74.2%) dan wanita perokok sebesar 5.2 persen (tertinggi di NTT 9.2%). Lebih lanjut, didalam Riskesdas 2010 ditemui 34,7 persen penduduk Indonesia menjadi perokok aktif yang kebanyakan berpendidikan rendah dan mayoritas tinggal di pedesaan. Dengan penduduk Indonesia 237,56 juta (SP-2010) maka proporsi tersebut setara dengan 82 juta penduduk yang menjadi perokok aktif.
Usia perokok di Indonesia kini semakin muda, bahkan telah menyentuh usia anak-anak. Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa Kaum Muda laki-laki usia 15–19 tahun yang merokok sebesar 37.3 persen dan yang wanita sebesar 1.6 persen. Temuan GATYS 2009 menemukan 30.4 persen Kaum Muda sekolah berusia 13-15 tahun menyatakan pernah merokok; yang laki-laki sebesar 57.8 persen dan wanita 6.4 persen. Dari sejumlah tersebut, 20.3 persen adalah perokok aktif dengan proporsi laki-laki sebesar 41 persen dan wanita 3.5 persen. Sementara, data Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi merokok pada Kaum Muda wanita sekolah usia 13–15 tahun lebih tinggi dibandingkan prevalensi merokok pada wanita dewasa. GATYS 2009 menunjukkan bahwa 51 persen Kaum Muda usia 13-15 tahun dapat secara bebas membeli rokok di toko/warung, dan 59 persen dari mereka menyebutkan bahwa mereka tidak mendapat penolakan atau teguran dari penjual di toko/warung ketika membeli rokok tersebut.
Yang lebih mencemaskan, dalam analisis nasional Riskesdas 2007, menemukan adanya Kaum Muda laki-laki usia 10–14 tahun yang merokok sebesar 3.5 persen dan yang wanita sebesar 0.5 persen. Bila dibandingkan, data Riskesdas 1995 menunjukkan ada 71.126 perokok Kaum Muda usia 10-14 tahun di Indonesia yang naik pesat menjadi 426.214 orang di tahun 2007. Artinya, selama 12 tahun tersebut telah terjadi kenaikan 6 kali lipat perokok Kaum Muda usia kurang dari 10 tahun.
Komnas Perlindungan Anak menunjukkan selama tahun 2008 hingga 2012 jumlah perokok anak dibawah umur 10 tahun di Indonesia mencapai 239.000 orang. Sedangkan jumlah perokok anak antara usia 10-14 tahun mencapai 1,2 juta orang. Menurut Arist Merdeka Sirait, kondisi ini yang menyebabkan Indonesia disebut sebagai satu-satunya negara di dunia dengan baby smoker karena rata-rata perokok anak di Indonesia menghabiskan 40 batang rokok perhari. Menurut Kemenkes, berdasarkan usia, Kaum Muda yang mulai merokok pada usia 5 tahun tertinggi di Jawa Timur disusul Jawa Tengah
Pemakaian narkoba di Indonesia juga tidak kalah meprihatinkan, dari data yang ada di Indonesia sekitar 4,1 juta Kaum Muda yang terlibat penyalahgunaannya, mulai dari menghirup bahan kimia (ngelem), ectasy sampai pada pecandu berat heroin (putauw).
Tentunya data-data diatas menjadi cermin betapa marak serta akutnya rokok dan narkona di Indonesia. Oleh karenanya, dengan media stiker siswa-siswi SMP N 2 Salang mengkapanyekan tentang bahaya rokok dan narkoba, baik itu berbahaya dari sektor fisik, psikis, maupun ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar